Friday 8 November 2019

Rakornas KADIN 2019 Fokus Mengenai Daya Saing Pertanian dan Industri Makanan


Rakornas KADIN 2019 Fokus Mengenai Daya Saing Pertanian dan Industri Makanan


"Together We Go Far and Fast"

Ungkapan tersebut disampaikan oleh Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia Bidang Agribisnis, Pangan dan Kehutanan, Franky O. Widjaya, saat memberikan sambutan pada Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) KADIN 2019. Rakornas tahun ini mengangkat tema tentang "Produktivitas dan Daya Saing Pertanian dan Industri Pangan" yang diselenggarakan pada hari Selasa, 5 November 2019 di Hotel Indonesia Kempinski, Jakarta.



Rakornas akan merumuskan rekomendasi kepada pemerintah seputar upaya peningkatan produktivitas dan daya saing pertanian juga industri pangan, serta mengkoordinasikan program kerja dunia usaha dan pemerintah ke depan.

Saat ini ketahanan pangan memang masih menjadi fokus utama Pemerintah Indonesia. Disebabkan masih terdapat sejumlah tantangan, diantaranya peningkatan produktivitas pangan di tengah jumlah populasi yang terus meningkat.

Franky O. Widjaya mengatakan pada tahun 2045, diperkirakan jumlah populasi dunia akan menembus 9 miliar jiwa. Sementara, populasi penduduk Indonesia akan mencapai 350 juta jiwa. Ini artinya, kita harus bisa meningkatkan produksi pangan secara signifikan untuk bisa memenuhi kebutuhan pangan nasional.




Rakornas Kadin 2019

Rakornas dipandu oleh host Prita Laura, diawali dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya, Mars KADIN dan Hymne KADIN.




Sambutan pertama oleh Franky Welirang selaku Ketua Pelaksana Rakornas mengatakan selain melibatkan Dewan Pengurus Kadin seluruh Indonesia di sektor agribisnis, Rakornas juga menghadirkan para pemangku kepentingan lainnya seperti pemerintah, asosiasi dan himpunan bisnis, petani, korporasi, perbankan, lembaga keuangan, anggota parlemen dan lainnya.

Semua yang berkumpul di Rakornas ini, sedikitnya ada 200 peserta. Bersama-sama akan merumuskan rekomendasi untuk mensinergikan program dunia usaha dengan pemerintah


Ketahanan Pangan Nasional

Peningkatan produksi pangan memerlukan bibit tanaman pangan yang unggul dan berproduksi tinggi. Bibit dan benih yang bersertifikasi masih sangat terbatas sehingga berakibat pada harga yang cukup mahal, dan banyaknya impor bibit untuk memenuhi kekurangan pasokan padahal banyak bibit impor yang tidak sesuai dengan kebutuhan para petani.

Pemerintah perlu mengeluarkan payung kebijakan yang mengatur tentang perbibitan dan perbenihan komoditas pangan secara nasional agar dapat terkoordinasi mulai dari pengadaan, pendistribusian, penyimpanan hingga cara menanamnya.

Edukasi kepada petani soal penggunaan pupuk berimbang untuk sejumlah komoditas terbukti berhasil meningkatkan produktivitas pertanian.pemanfaatan teknologi pertanian yang tepat juga semakin penting untuk mentransformasi pertanian nasional di tengah perubahan iklim.

Bidang pertanian dan pangan perlu menjadi perhatian khusus karena peningkatan jumlah populasi yang semakin tinggi, membuat kita harus bisa meningkatkan produksi untuk memenuhi kebutuhan pangan nasional.


Pentingnya Investasi di Subsektor Pangan

Juan P. Adoe selaku Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Pengolahan Makanan dan Industri Peternakan, menjelaskan tentang pentingnya pertumbuhan investasi di subsektor pangan. Juga perlunya infrastruktur pembiayaan perbankan yang lebih inovatif dan kreatif, sehingga mempermudah akses permodalan Kepada petani dan peternak dengan skema perkreditan yang lebih kompetitif dan dapat menciptakan nilai tambah keuntungan bagi petani dan peternak.




Data Kementerian Perindustrian menyebutkan sektor makanan menjadi penyumbang utama Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) senilai Rp 7,1 triliun, dan kedua terbesar Penanaman Modal Asing (PMA) senilal USS 376 juta pada kuartal 1/2019. Pada periode-periode sebelumnya, sektor makanan Juga menjadi salah satu kontributor utama investasi, terutama untuk PMDN.

Kita harapkan investasi di sektor pangan terus tumbuh, tentunya ini perlu didorong dengan kebijakan fiskal dan insentif yang baik, karena akan berpengaruh banyak pada keberlanjutan pertanian dan industri makanan.


Tujuan Rakornas Kadin Bidang Agribisnis, Pangan dan Kehutanan Bersama Bidang Pengolahan Makanan dan Industri Peternakan

Ketahanan Pangan adalah dimana kondisi terpenuhinya Pangan bagi negara sampai dengan perseorangan, yang tercermin dari tersedianya Pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau (UU Nomor 18/2012).

Strategi kebijakan pangan antara lain:
  1. Meningkatkan produksi komoditi pangan kebutuhan pokok secara berkelanjutan, dan kebijakan pengadaan pangan pokok.
  2. Menjaga kecukupan pangan nasional untuk menjamin ketersediaan dan aksesibilitas pangan seluruh wilayah Indonesia, yang dapat terjangkau dan aman dikonsumsi masyarakat luas, serta pengembangan sistem logistik.
  3. Melakukan upaya stabilisasi harga yang efektif dan berimbang dengan memperhatikan kepentingan petani/produsen serta keterjangkauan harga bagi konsumen.




Bapak Rosan P. Roeslani selaku Ketua Umum KADIN Indonesia, menjelaskan tentang pentingnya kerjasama antara pengusaha dengan petani dengan peningkatan investasi hulu-hilir sehingga bisa meningkatan dan memperkuat kontribusi pangan dan pertanian dalam perekonomian Indonesia serta meningkatkan kesejahteraan petani. Sehingga diharapkan bisa berpotensi menambah pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 1-1,5%.




Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional, Prof Bambang PS. Brodjonegoro dalam sambutannya menyatakan bahwa pemerintah selalu siap berkomunikasi dengan KADIN Indonesia terkait dengan penelitian dalam upaya meningkatkan sektor pertanian, terutama terkait bibit dan teknologi dalam menghadapi perubahan iklim.

Pendekatan kemitraan ini harus diperluas serta lebih diintensifkan untuk meningkatkan kesejahteraan dan menekan inflasi serta kemiskinan. Juga, industri berbasis pertanian harus dijadikan prioritas dalam transformasi ekonomi. Sehingga secara otomatis produktivitas juga akan meningkat.

Produktivitas dalam negeri harus lebih ditingkatkan dengan semakin kuatnya industri pangan, agar produksi dalam negeri terpenuhi sehingga bisa mengurangi produk impor.


Meningkatkan Produktivitas Pangan Melalui Bibit Unggul, Teknologi Pertanian 4.0 dalam Menghadapi Perubahan Iklim

Menghadapi populasi yang akan semakin tinggi semua pihak harus bekerja keras agar produksi pangan meningkat secara signifikan dan berkelanjutan untuk bisa memenuhi kebutuhan pangan nasional dan global.

Peningkatan produksi tentunya memerlukan bibit tanaman yang unggul atau berproduksi tinggi yang perlu didukung dengan ketersediaan serta penggunaan pupuk yang berimbang dan juga SDM yang terlatih dan berkualitas.

Pemenuhan bibit unggul dibutuhkan adanya kebijakan umum yang mengatur perbibitan dan perbenihan komoditas pangan secara terpadu dan terkoordinasi mulai dari pengadaan, pendistribusian, penyimpanan hingga cara penanamannya.

Industry pembibitan dan perbenihan juga harus dikembangkan dengan menyedeiakan insentif khusus bagi Lembaga yang berkomitmen, selain itu dibutuhkan juga kehadiran regulasi berikut standarisasi pemuliaan bibit yang bersifat terbuka, sehingga potensi masyarakat dan petani dalam perbibitan tanaman pangan local bisa turut menjadi contributor pencapaian ketahanan pangan nasional.

Pemanfaatan teknologi pertanian yang tepat juga memberikan efisiensi waktu dan mendorong peningkatan produktivitas.

Dalam industri pengolahan makanan:
  • Mindset revolusi teknologi 4.0 akan terbentuk melalui vokasi kepada generasi berikutnya, untuk lebih memanfaatkan teknologi yang memberikan disrupsi.
  • Semua industri, terutama industri pengolahan makanan harus melakukan shifting product dan pola makanannya.
  • Perlu mengubah mindset : sektor pengolahan makanan dan industri peternakan harus melakukan investasi dalam pengembangan sumber daya manusia


Agar dapat berkompetisi di dunia global maka mindsetnya harus diubah, Sumberdaya Manusia Indonesia harus ditingkatkan:
  • Harus bisa menguasai bahasa Inggris yang merupakan salah satu bahasa content dunia dan yang utama.
  • Harus mampu menguasai bahasa Programming, karena untuk membangun dunia virtual, perlu penguasaan bahasa coding atau programming.
  • Harus mampu menguasai statistik, karena di era digital, data dan fakta yang akan berbicara. Hanya dengan alat statistik, kita bisa menganalisis data dan fakta. Dengan kata lain, statistik adalah bahasa untuk mengerti dalam mengakses data.
  • Perlu kerjasama tenaga ahli kelas dunia dengan tenaga ahli Indonesia akan menciptakan komunitas kelas dunia.
  • Diharapkan kerjasama tersebut dapat mempercepat proses transfer teknologi.


Perubahan iklim juga menyebabkan kenaikan suhu selain bisa mengakibatkan penyimpangan cuaca juga meningkatkan potensi serangan hama tanaman, sehingga bisa berdampak pada penurunan produksi pangan.

Untuk merespon perubahan iklim dibutuhkan keterlibatan seluruh sektor mulai dari sektor yang berpengaruh pada kesediaan pangan hingga pada infrastruktur fisik, menggunakan strategi pembangunan yang mengadopsi pengarusutamaan (mainstreaming) perubahan iklim.


Investasi dan Daya Saing

Di industri pengolahan, seperti dirilis oleh Kemenperin, sektor makanan menjadi penyumbang utama penanaman modal dalam negeri (PMDN) senilai Rp7,1 triliun, dan kedua terbesar penanaman modal asing (PMA) senilai US$376 juta pada kuartal 1/2019. Pada periode-periode sebelumnya, sektor makanan juga menjadi salah satu kontributor utama investasi, terutama untuk PMDN.

Dikutip dari Reuters, Indeks Daya Saing Global atau Global Competitiveness Index 4.0 dengan metodologi baru edisi 2018 yang dirilis oleh World Economic Forum (WEF) di Jenewa, Swiss, pada Selasa (16/10) menempatkan Indonesia di peringkat ke-45 dari 140 negara.

Pelemahan ekonomi global dituding menjadi penyebab utama terpuruknya ekspor Indonesia. Negara-negara tujuan utama ekspor Indonesia secara tradisional seperti China, Jepang, AS, dan negara-negara Eropa tengah mengalami perlambatan ekonomi. Akibatnya permintaan barang dari Indonesia menurun.

Sistem perdagangan pangan dunia yang semakin terbuka akibat pasar bebas menyebabkan harga produk pangan di dalam negeri ikut terpengaruh oleh situasi dan kondisi internasional. Kondisi tersebut, berikut pengaruh ketersediaan dan distribusi di dalam negeri, menyebabkan harga komoditas pangan, terutama pangan strategis seperti beras, kedelai, daging sapi, cabai dan bawang merah menjadi berfluktuasi.

Agar produksi pangan dapat berkelanjutan, Pemerintah harus melindungi masyarakat dan petani dari gejolak harga. Sebagai konsumen mampu membeli bahan pangan dengan harga yang terjangkau.

Pemerintah diharapkan menciptakan iklim investasi berbasis agroindustri, yang selain dapat memenuhi kebutuhan pangan nasional, juga dunia secara berkelanjutan melaui komoditas berdaya saing, sekaligus juga menyediakan lapangan kerja dalam skala besar.




Inovasi Keuangan

Hambatan akses pembiayaan petani masih menjadi masalah yang utama dalam mewujudkan program-program ketahanan pangan oleh Pemerintah. Hambatan terutama terjadi pada para petani yang berada di daerah terpencil dengan keterbatasan akses ke layanan keuangan.

Walaupun telah ada model pembiayaan yang cukup berhasil pada komoditas kelapa sawit, kendala geografis menyebabkan penerapannya pada komoditas pertanian maupun perkebunan lainnya cukup sulit. Bank maupun pembiayaan konvensional lainnya membutuhkan dukungan inovasi Infrastructure Financing and Creative Financing berbasis teknologi finansial yang inklusif, terbuka, namun legal.


Fintech

FinTech, adalah singkatan dari Financial Technology, yakni teknologi dan inovasi untuk menciptakan lanskap keuangan yang lebih baik bagi konsumen dan bisnis. Inovasi baru ini juga mampu menjadi solusi bagi keterbatasan jangkauan layanan keuangan tradisional selama ini karena mampu menaklukan keterbatasan topografi, menjangkau wilayah yang lebih terpencil. Saat ini sudah ada lebih dari 150 starttup FinTech ditemukan di Indonesia, pertumbuhan 78 persen sejak 2015.

Perkembangan fintech beberapa tahun terakhir ini juga terbilang pesat, terbukti dengan nilai transaksi yang terus melonjak, terutama yang berjenis peer to peer 2P lending. Layanan Fintech Microfinancing menyediakan layanan keuangan bagi masyarakat yang belum memiliki akses ke institusi perbankan.

Kehadiran tekfin maupun aplikasi berbasis TIK membutuhkan ekosistem yang memadai agar dapat berkembang dan berdaya guna. Selain pengembangan regulasi yang sesuai berikut pembangunan infrastruktur pendukung, upaya lain yang dapat dilakukan adala menggalang dukungan dari talent global untuk bekerja sama, menghasilkan SDM yang berkompeten di bidang TIK.


Talkshow Tantangan Menghadapi Perubahan Iklim

Deputi Bidang Klimatologi BMKG, Herizal mengatakan jika BMKG secara rutin mengadakan National Climatology Forum. Kegiatan bersama dengan beberapa kementerian untuk menyusun masa tanam, masa panen, dan info terkait untuk berbagai komoditas di Indonesia. Selain itu BMKG juga aktif mengedukasi petani tentang iklim dan cuaca di Indonesia.



Topik diskusi tentang Ekosistem Investasi Ketahanan Pangan dan Daya Saing Ekspor sangat penting karena sektor makanan menjadi penyumbang utama penanaman modal dalam negeri (PMDN) senilai Rp7,1 triliun, dan kedua terbesar penanaman modal asing (PMA) senilai US$376 juta pada kuartal I/2019.

Turut hadir Wakil Menteri Luar Negeri, Mahendra Siregar yang mengatakan bahwa economic governance harus berjalan transparan dalam meyakinkan dunia usaha agar investornya masuk ke Indonesia.

Staf Ahli Menteri Perdagangan Bidang Pengamanan Pasar, Sutriono Edi, mengatakan dari sisi ketahanan pangan Kementerian Perdaganagan telah banyak melakukan pengamanan pasar dalam negeri berdasarkan UU No. 18. Selain itu, ketahanan pangan harus didukung dengan kesediaan komoditi, keterjangkauan akses dan harga karena semua harus dilindungi baik petani maupun konsumen. Investasi dari hulu ke hilir mesti ditangani dengan tepat sehingga terwujud ketahanan pangan

Dodi Widodo, Staf Ahli Kementerian Perindustrian menyatakan penting adanya keberlanjutan bahan baku setelah diolah. Kemenperin terus berupaya agar komoditi Indonesia bisa bernilai tambah sehingga dapat meningkatkan daya saing.

Diskusi selanjutanya mengenai “Access to Finance”, membahas tentang peran fintech bagi petani. Akses pembiayaan petani memang masih menjadi masalah utama dalam mewujudkan program-program ketahanan pangan oleh Pemerintah, terutama para petani yang berada di daerah terpencil. Diharapkan semakin banyak perusahaan fintech yang bisa menjadi solusi layanan keuangan bagi masyarakat yang belum memiliki akses ke institusi perbankan.

Suahasil Nazara selaku Wakil Meteri Keuangan dalam panel ini menyatakan Kemenkeu telah melakukan banyak hal pada petani dan UMKM lewat APBN. Pada sisi penerimaan APBN, kebijakan fiskal telah memberikan keleluasaan pada pengusaha kecil untuk memilih rezim pajak. Sebagai salah satu bentuk keleluasaan supaya pengusaha kecil memiliki fleksibilitas.




Boedi Armanto selaku Senior Advisor Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK menyebutkan bahwa OJK Indonesia telah mengeluarkan banyak ketentuan untuk Fintech yang dapat menjamin rasa aman. OJK juga terus memantau dengan menerapkan tindakan preventif dan represif yang bekerjasama dengan Polri dan instansi terkait.

Jerry Ng, Founder Fintech punya perpektif tersendiri dimana teknologi merupakan bagian dari solusi tapi bukan solusi terakhir. Semua akan kembali ke bank sebagai penyedia dana. Sampai saat ini perbankan sebagian besar masih menyentuh sektor perdagangan, seharusnya masuk ke sektor lain juga seperti pertanian dan peternakan.




Siti Nurbaya Menteri LHK, mengajak KADIN Indonesia untuk membuka lapangan kerja, dengan pesan utamanya dengan peningkatan lapangan kerja, neraca perdagangan, produksi dan ekspor serta iklim investasi dalam perspektif investasi dan lingkungan.

Semoga Rakornas tahun ini bisa membuat perubahan semakin baik untuk sektor pertanian dan industri makanan sehingga pangan lokal bisa memenuhi kebutuhan pangan dalam negeri dan mengurangi impor.


KADIN Indonesia
Instagram: @Kadin.Indonesia. Official
Twitter: @Kadin_Indonesia
Facebook: @kadin.pusat

No comments:

Post a Comment

Mohon jangan berkomentar SPAM, terimakasih.