Thursday 21 April 2022

YAICI Berkolaborasi Dengan PP Aisyiyah Majelis Dikdasmen Memberikan Edukasi Gizi Pada Masyarakat

 

Ilustrasi Kental Manis (dok.pixabay)


Informasi melalui media visual terbukti sangat efektif dan melekat pada benak masyarakat dibandingkan melalui media tulisan. Masih banyak sebagian masyarakat yang bisa membaca tapi tidak memahami apa yang dibacanya secara detail. Seperti halnya SKM yang sejak dahulu banyak dikenal masyarakat sebagai Susu Kental Manis, dan iklannya yang genjar melalui visual anak kecil yang sedang meminum segelas susu sehingga menggambarkan kalau SKM itu adalah susu untuk anak-anak, padahal faktanya tidak demikian.

 

SKM atau Kental Manis bukan susu karena kandungan gula pada SKM sangat tinggi. Dalam sepertiga gelas Kental Manis sudah sekitar 50 gram kandungan gulanya, dan ini sudah melebihi batas pemakaian gula dalam sehari.

 

Untuk meningkatkan pemahaman masyarakat tentang literasi gizi dan perbaikan gizi, Yayasan Abhipraya Insan Cendekia (YAICI) Indonesia bekerjasama dengan Pimpinan Pusat Aisyiyah Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah (Dikdasmen) menggelar webinar yang mengangkat tema “Guru PAUD Sebagai Jembatan Bagi Peningkatan Literasi Gizi Keluarga”. Yang diadakan pada hari Senin (18/04/2022). Dengan menghadirkan para narasumber antara lain:

  • Dra. Fitniwilis M.Pd, Ketua Majelis Dikdasmen PPA
  • Arif Hidayat, SE., MM Ketua Harian YAICI
  • Prof. Dr. Masyitoh Chusnan M.ag., Ketua Pimpinan Pusat Aisyiyah
  • dr. Cut Nurul Hafifah, Sp.A (K)
  • Prof. DR.Ir. Netty Herawati M.Si, Ahli Gizi & Praktisi.

 

 

Arif Hidayat, SE., MM Ketua Harian YAICI – Beban Ganda Masalah Gizi Anak Indonesia

 

Diangkatnya tema tentang Guru PAUD Sebagai Jembatan Bagi Peningkatan Literasi Gizi Keluarga, dikarenakan PAUD merupakan lembaga pendidikan yang bisa menjembatani antara anak dan orang tua.




Keluarga merupakan ujung tombak perbaikan gizi anak. Namun faktanya, tingkat literasi gizi keluarga di Indonesia masih sangat rendah. Pada umumnya, orang tua memberikan asupan makanan bagi anak berdasarkan pengalaman dan kebiasaan-kebiasaan di masyarakat. Selain itu, iklan dan promosi produk pangan yang menjadi konsumsi masyarakat sehari-hari baik di televisi maupun melalui sosial media turut mempengaruhi pola konsumsi anak. 

 

Seperti halnya yang terjadi pada SKM atau kental manis. Cara produk SKM  ini beriklan dan berpromosi selama bertahun-tahun telah mengakibatkan kesalahan persepsi masyarakat. Akibatnya, tidak sedikit anak, balita bahkan bayi yang mengalami gangguan gizi akibat mengkonsumsi kental manis sebagai minuman susu.

 

Ketua Harian Yayasan Abhipraya Cendika Indonesia (YAICI) Arif Hidayat, mengatakan selama empat (4) tahun YAICI telah melakukan penelitian terutama Kental Manis dan melakukan sosialisasi ke daerah-daerah.

 





Menuju Indonesia Emas dengan terciptanya Generasi emas 2045, masalah stunting masih menjadi permasalahan tersendiri di Indonesia, di Nusa Tengara Timur (NTT) kasus stunting paling tinggi di Indonesia. Selain stunting, negara kita masih memikul beban ganda masalah gizi, dimana masih banyak masyarakat yang mengalami kekurangan dan kelebihan gizi.

 

Sebagaimana diketahui, berdasarkan hasil Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) 2021, prevalensi stunting menunjukkan penurunan dari 27,7% di tahun 2019 menjadi 24,4%. Namun, prevalensi underweight mengalami peningkatan dari 16,3% menjadi 17%. Apabila ditinjau menurut standar WHO, hanya Provinsi Bali yang mempunyai status gizi berkategori baik dengan prevalensi stunting di bawah 20% (10,9%) dan wasting di bawah 5% (3%). 

 




Mengacu pada data di atas, maka dapat dikatakan permasalahan gizi seharusnya menjadi prioritas. Jika kondisi ini tidak segera ditangani bersama, maka juga akan dapat berdampak buruk bagi negara, hingga dapat menimbulkan kerugian ekonomi bagi negara sebesar 2-3 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) per tahun, atau sekitar Rp 400 triliun rupiah per tahun.

 

Selain itu tantangan Indonesia Emas 2045 yaitu DBM (Double Burden of Mal Nutrition). Beban ganda Malnutrisi adalah ko-eksistensi kekurangan dan kelebihan gizi makronutrien dan mikronutrien. Dampak DBM akan terjadi di sepanjang kehidupan, keterkaitan antara gizi buruk pada ibu hamil dan janin dengan meningkatnya kerentanan terhadap kelebihan gizi dan pola makan yang terkait dengan penyakit tidak menular di kemudian hari.


Masalah lainnya yaitu tentang gagal tumbuh yang masih menjadi persoalan tersendiri. Dengan adanya gagal tumbuh akan berujung pada gizi buruk, gizi kurang ataupun obesitas dan yang terburuk adalah stunting. Kurangnya asupan asam amino yang berasal dari hewan seperti daging, telor dan produk turunannya dan tidak termasuk SKM yang dianggap selama ini sebagai susu.

 

Kenapa SKM atau Kental Manis tidak dianggap sebagai susu?

Pemerintah melalui BPOM telah menjelaskan hal ini terkait dengan aturan yang mengatur tentang label SKM ini, sehingga ada dampak pada masyarakat. Dampak positifnya, alhamdulillah masyarakat sudah banyak yang mengetahui bahwa kandungan gula yang ada pada Kental Manis ini cukup tinggi sehingga masyarakat sudah antisipasi tidak memberikan pada anak-anak terutama balita yang masih berusia di bawah 5 tahun.

 

Kenapa SKM atau Kental Manis tidak dianjurkan sebagai minuman susu pada anak?

Ini menjadi bagian literasi atau campaign Yaici yang telah bekerjasama dengan berbagai pihak terutama pimpinan pusat Aisyiyah Majelis Kesehatan, yang selama ini sudah selama empat (4) tahun bekerjasama dengan YAICI.


YAICI melakukan campaign pencegahan konsumsi SKM atau Kental Manis karena masyarakat terutama di daerah masih banyak yang menganggap SKM itu susu. Beda ketika kita memberikan sirop kepada anak, dimana orang tua sudah mengetahui bahwa kalau sirop itu adalah gula. Persepsi ini yang ingin dirubah agar orang tua atau pengguna SKM atau Kental Manis bisa menempatkan penggunaan SKM sebagaimana mestinya yaitu hanya sebagai toping makanan dan pelengkap minuman.






Di beberapa negara konsumsi susu terutama di dunia sangat tinggi, Indonesia merupakan negara dengan konsumsi susu terendah di Asia Pasifik, hanya sekitar 16,62 kg per-kapita.

 

Lingkungan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan salah satu elemen yang dapat menjembatani antara orang tua dan anak. PAUD sebagai lingkungan terdekat kedua bagi anak selain rumah, dapat menjadi tempat yang tepat untuk menanamkan pemahaman tentang makanan dan minuman yang bergizi kepada anak. 

 




Dengan memberikan pembekalan dan edukasi gizi kepada guru PAUD, diharapkan dapat menjembatani kebutuhan orang tua akan informasi dan sekaligus menerapkan pembiasaan konsumsi makanan dan minuman bergizi oleh anak. 

 

Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah (Dikdasmen) saat ini membawahi 22,000 PAUD di seluruh Indonesia. Hal tersebut merupakan potensi bagi peningkatan literasi dan perbaikin gizi masyarakat, dalam rangka memperluas jangkauan edukasi gizi untuk masyarakat. Dengan demikian, kolaborasi edukasi gizi ini diharapkan dapat mendorong terwujudnya generasi emas Indonesia 2045. 


1 comment:

  1. Setujuuu...memberikan pembekalan dan edukasi gizi kepada guru PAUD, akan menjembatani kebutuhan orang tua akan informasi dan sekaligus menerapkan pembiasaan konsumsi makanan dan minuman bergizi oleh anak.Bagus sekali ini kolaborasi YAICI dengan PP Aisyiyah.

    ReplyDelete

Mohon jangan berkomentar SPAM, terimakasih.