Wednesday 4 November 2015

KANGEN MASAKAN RUMAHAN






Sosok ibu tidak akan pernah bisa tergantikan, begitu agungnya sosok seorang ibu sehingga ada ungkapan bahwa “surga berada dibawah telapak kaki ibu”. Rasulullah SAW saat didatangi seorang sahabat dengan jelas menyatakan bahwa ibu harus dimuliakan. "Ya Rasulullah, siapakah yang paling berhak memperoleh pelayanan dan persahabatanku?'' tanya sahabat. Rasulullah menjawab, ''Ibumu, ibumu, ibumu, kemudian ayahmu. Kemudian, yang lebih dekat kepadamu dan yang lebih dekat kepadamu." (HR Bukhari Muslim).

Ah ibu, saya menjadi bertambah rasa kangennya, sayangnya kita sudah hidup di alam yang berbeda. Sosok almarhum ibu saya adalah ibu yang sangat sabar, sepanjang hidup saya tidak pernah sekalipun saya mendapat omelan dari beliau, apalagi mendapat tanda biru dipaha sebagai tanda kenakalan saya. Ibu saya adalah sosok wanita jawa yang sangat halus. Beliau pekerja keras, bahkan memasuki masa tuanya ketika kami para putrinya melarang beliau bekerja, justru membuatnya agak melemah dan sering sakit, mungkin karena  terbiasa sibuk banyak aktifitas lalu aktifitas berkurang.

Bahas mengenai sosok ibu, pasti ada masakan favorit yang ibunda hidangkan untuk keluarga dan anak-anaknya. Saya selalu menyukai apapun yang ibu masakin buat saya, walaupun dengan bumbu sederhana tapi masakannya selalu khas tidak ada yang mengalahkan. Karena seorang ibu memasaknya dengan ketulusan dan penuh cinta. 




Jadi teringat kenangan yang tidak pernah terlupakan tentang masakan ibu. Dua hari setelah kepergian ibu untuk selama-lamanya, saya baru ngeh membuka lemari makan, dan apa yang saya dapati disana. Ibu menyimpan masakan terakhirnya untuk saya dan belum tersentuh sedikitpun. Ibu memasak balado ikan Bandeng kesukaan saya, dan menu tahu bumbu tauco, rasa ingin menjerit tapi kerongkongan terasa tercekat, Cuma bulir hangat yang menetes jatuh ke pipi. Malam itu sebelum kepergian ibu, saya pulang larut malam karena ada acara kantor. Pulang sudah capek sehingga tidak sempat mengecek makan malam buatan ibu.
  


Almarhum bapak saya juga punya hobi memasak. Kalau masak sukanya banyak nanti saya deh yang jadi korbannya disuruh ngabisin masakan bapak dengan rayuannya hehe. Bapak paling hobby masak ikan Pe, atau biasa ikan asap saya menyebutnya. Bapak hobby bikin olahan masakan ikan yang dibakar. Kalau bapak masak ikan Pe setelah di bakar nanti ibu saya yang bagian mengolahnya dengan tambahan santan gitu. Kalau bakar ikan bandeng bapak lebih suka dipecak dengan bumbu aroma kencur bakarnya. Bapak yang berasal dari daerah Pekalongan yang dekat dengan laut memang sangat menyukai menu makanan yang berasal dari hasil laut, seperti ikan dan cumi-cumi. Bumbu khas daerah pekalongan juga identik dengan tauto atau tauco, kami sekeluarga menggemarinya. Sambel tauco buatan ibu saya juga endezz banget. Hmm jadi kangen masakan bapak dan ibu :-) 




Satu lagi menu masakan favorit bapak yaitu cumi basah masak bersama tintanya. Kalau udah makan ini gigiku bisa hitam-hitam. Tapi nikmat banget, justru tinta hitam cumi yang membuat masakan terasa gurih dan lezat. Saya kangen sosok bapak yang mandiri, sepeninggal almarhum ibu, saya hanya tinggal bersama bapak. Walaupun bapak berperawakan tinggi besar tapi bapak gak pernah gengsi sebagai laki-laki untuk mencuci bajunya sendiri, bahkan sewaktu ibu masih ada bapak juga suka nyuci baju sendiri. Hanya setrika baju yang bapak enggan melakukannya, biasa itu dulu tugas saya.



Oiya satu lagi masakan almarhum ibu saya yang tidak ada duanya yaitu jengkol baladonya yang makyus. Kalau udah makan dengan menu ini dijamin nambah deh. Selain legit jengkolnya tidak membuat bau area kamar mandi, entah dengan resep apa ibu membuatnya hingga aroma khasnya si jengki menghilang. Sepeninggal almarhum ibu ditahun 2002 hingga kini saya tidak pernah mengkomsumsi menu jengkol balado lagi, takut dengan aromanya hehe..

Sampai sekarang saya belum pernah menikmati masakan-masakan itu, karena memang sangat jarang dan hampir tidak pernah menemui ditempat makan yang biasa saya singgahi. Hanya menu ikan Pe dan Bandeng balado yang masih sering saya jumpai diwarung masakan sunda langganan saya dikantor dan dekat tempat tinggal saya.

Itulah sekelumit kenangan manis saya tentang kedua almarhum orang tua saya yang kini sudah damai disisi Allah SWT. Hanya sebait doa yang bisa saya kirimkan dikala kerinduan hadir menyeruak ke sanubari. 

***

12 comments:

  1. adooooh...tu sambel jengkol..pake dipamerin segala...
    laperrrr..taaaauuuuuuk... :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. hehee..slm knl dari balado jengkol mba nova :)

      Delete
  2. Gambarnya buat perut pura-pura kosong,...

    ReplyDelete
  3. wadaaawww....sumprit jadi lapeeeeeeerrrr....^_^mangut ikan pe,pecak ikan,jengkol...aaakkk...sukaaaaaaaa :D

    Semoga Almarhumah ibunda ria dilapangkan kuburnya dan ditempatkan disisi Allah SWT #peluk

    ReplyDelete
  4. Aku paling suka ikan asin cabe ijo buatan mama mertuaku.

    Manteb, mba

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah ikan asin cabe ijo aq jg sukaa mba angga, warung mkn dkt kosan sk bikin jg tuh mba :)

      Delete
  5. Jadi kangen mama sesudah baca ini, Mbak.

    ReplyDelete
    Replies
    1. sosok ibu slalu bikin kgn anaknya ya mba.. :)

      Delete

Mohon jangan berkomentar SPAM, terimakasih.