Monday 28 February 2022

Pentingnya Meningkatkan Kesadaran Masyarakat Mengenai Penyakit Kanker

 


Kanker sampai dengan saat ini masih menjadi momok yang menakutkan. Setiap tahun jumlah pasiennya selalu mengalami peningkatan. Terkadang kita memang sedikit abai jika menemukan sesuatu yang tidak lazim pada kondisi tubuh kita, padahal itu bisa jadi merupakan alarm dari tubuh kita yang menyatakan kalau kondisi kita sedang tidak baik-baik saja.

 

Dalam rangka memperingati World Cancer Day 2022, pada Minggu (2/02/2022), Inspirasien, platform penunjang kesehatan pasien, berkolaborasi dengan Yayasan Sahabat Hati Indonesia, Komunitas Pita Tosca Indonesia, PT Eisai Indonesia, dan Harian Disway, mengadakan webinar 'From Heart to Heart: Dukungan untuk Pejuang Kanker Hati dan Kanker Tiroid'.  

 

Pada kesempatan ini Bapak Dahlan Iskan (Founder Harian Disway & Pelaku Ganti Hati) sharing mengenai pengalamannya saat di diagnosis menderita kanker hati. Tidak adanya gejala bahkan tidak mengalami keluhan selama bertahun-tahun seperti demam, lemas atau keluhan lainnya membuat bapak Dahlan jadi terkesan abai dan akhirnya terlambat dalam mengetahui penyakit yang dialaminya.

 

Dahlan Iskan (Founder Harian Disway)


Bapak Dahlan Iskan baru menyadari kalau mengalami varises kerongkongan sebagai akibat komplikasi dari penyakit hati yang dideritanya tanpa beliau sadari setelah mengalami demam tinggi dan muntah darah dalam volume yang cukup banyak.

 

Saat memeriksakan diri ke dokter Bapak Dahlan Iskan di diagnosis menderita hepatitis B kronis dengan sirosis hati, dimana ternyata sudah mulai muncul benjolan di organ hati yang kemudian diketahui merupakan sel-sel kanker. Bapak Dahlan Iskan  sangat terkejut mengetahui diagnosis dokter. Saat di vonis usianya tinggal 6 bulan lagi dan tidak ada pengobatan lain, kecuali transplantasi hati. Hal itu terjadi 17 tahun yang lalu, dan sekarang usianya sudah 70 tahun.

Prof. Dr.dr. Rino Alvani Gani (Founder Yayasan Sahabat Hati Indonesia)


Prof. Dr. dr. Rino Alvani Gani, Sp.PD-KGEH, FINASIM (Founder Yayasan Sahabat Hati Indonesia) menyatakan, penyakit hati di Indonesia termasuk permasalahan masyarakat yang besar. Beberapa penyakit hati termasuk dalam penyakit katastropik pada BPJS sehingga memerlukan pembiayaan kesehatan yang besar.

 

Sementara itu kesadaran masyarakat tentang penyakit hati masih rendah sehingga pasien dengan penyakit hati yang datang berobat di pusat kesehatan sudah dalam keadaan stadium lanjut. Saat ini masih sangat sedikit organisasi kemasyarakatan yang berorientasi pada penyakit hati di masyarakat. Sehingga dirasakan perlu untuk mendirikan sebuah lembaga masyarakat (NGO) yang akan bekerja berorientasi pada penyakit hati di masyarakat. Hal tersebut tertuang dalam visi-misi Yayasan Sahabat Hati Indonesia yang berperan aktif dalam pendampingan pejuang kanker hati.

 

Prof Rino berupaya mengedukasi bahwa pada kenyataannya 80 persen lebih kasus hepatitis tidak bergejala seperti yang dialami bapak Dahlan Iskan, sehingga seringkali pasien datang dalam kondisi yang sudah terlambat. Sebaiknya, individu yang merasa pernah terinfeksi oleh virus hepatitis B dan C tentu harus secara berkala, biasanya 6 bulan atau 1 tahun sekali melakukan pemeriksaan.

 

Pemeriksaan awal pun cukup mudah, yakni dengan tes SGOT dan SGPT (indikator sensitif dari kerusakan hati). "Walaupun banyak orang yang merasa bahwa kondisinya sehat, belum tentu sebetulnya kondisi hatinya baik-baik saja. Ada baiknya memeriksakan kesehatan hati secara berkala, ujar Prof Rino yang juga menjadi salah satu penasihat dalam Perhimpunan Peneliti Hati Indonesia.

 

Menurut data Globocan pada tahun 2020, penderita kanker hati di Indonesia pada tahun 2020 mencapai 21.392 kasus dengan kematian sebanyak 20.920 kasus. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) juga menyebutkan jika kanker hati termasuk penyebab kematian tertinggi bagi penduduk Indonesia. Hal ini terjadi karena seringkali pasien sudah datang saat sudah stadium lanjut atau saat kondisi sudah berat. Padahal kemungkinan kanker hati untuk sembuh bisa lebih besar jika dapat terdeteksi dan ditangani lebih awal.

 

Thalita Latief 


Thalita Latief (Artist & Influencer, Pejuang Kanker Tiroid) juga sharing mengenai pengalamannya ketika mengalami kanker tiroid. Talitha juga mengalami hal yang sama dengan bapak Dahlan Iskan yaitu tidak merasakan sakit atau gejala apa pun. Tapi Talitha pernah merasakan keanehan pada area leher sebelah kanannya tapi karena tidak mengalami keluhan jadi berlalu begitu saja. Sampai akhirnya telat mengetahui kalau gejala yang di alami adalah gejala kanker tiroid.

 

Gejala kanker tiroid


Thalita mulai merasakan ada benjolan di lehernya di awal tahun 2019, sampai setahun berlalu Thalita tidak melakukan tindakan apapun karena merasa tidak ada masalah. Tapi ketika setahun berlalu dan benjolan tidak hilang, lalu  Thalita melakukan pemeriksaan ke dokter spesialis penyakit dalam. Dokter memintanya melanjutkan pemeriksaan ke bagian radiologi. Setelah hasil keluar, lalu dirujuk lagi ke bagian onkologi. Hasilnya ditemukan sel kanker di kelenjar tiroid, dan sel kanker itu sudah tumbuh 1,2 centimeter.

 

 

dr. Alvita Dewi Siswoyo


Menurut dokter  Alvita Dewi Siswoyo, Sp.KN(K), M.Kes., FANMB, deteksi kanker tiroid sebenarnya tidak terlalu sulit dibandingkan dengan deteksi kanker hati. Pada kesempatan webinar ini dokter  Alvita Dewi Siswoyo meminta peserta webinar mengecek bagian lehernya. “Kalau ada benjolan, segera periksa ke dokter untuk deteksi dini,” ujar alumnus Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran itu.

 

Jumlah kasus pada kanker tiroid terjadi 13.114 kasus, dengan kasus kematian yang lebih rendah yaitu 2.224 kasus. Dokter Alvita Dewi Siswoyo menyatakan, bahwa kanker tiroid perlu perhatian penuh dan kolaborasi positif dari banyak stakeholder terkait yaitu pasien, caregiver, tenaga profesional medis, komunitas pasien, dan lembaga, agar penderita gangguan tiroid, atau disebut pejuang tiroid dapat melakukan langkah-langkah preventif maupun pengobatan yang sesuai dengan gangguan yang dideritanya. Melalui deteksi dini #PeriksaLeherAnda, dr. Alvita berharap angka kejadian kanker tiroid dengan kategori risiko tinggi dapat dicegah.

 

Pita Tosca Indonesia (Komunitas Pejuang Tiroid Indonesia) sebagai komunitas pasien yang telah berdiri sejak 26 Oktober 2014, selalu berusaha berperan aktif untuk memberikan informasi-informasi seputar pemahaman gangguan tiroid, khususnya kanker tiroid. Pita Tosca Indonesia sangat mengedepankan program deteksi dini #PeriksaLeherAnda agar semakin banyak skrining gangguan tiroid yang dilakukan sebagai upaya pencegahan kanker tiroid dengan kategori risiko tinggi. Hal ini diungkapkan oleh Ketua dan Founder dari Komunitas Pita Tosca Indonesia, Astriani Dwi Aryaningtyas, S.Psi., M.A. dan juga dewan penasihat dr. Siti Sundari Manoppo, perlu sekali adanya kolaborasi antar Lembaga terkait untuk mewujudkan kondisi para pejuang kanker ini agar tetap #TenangJadiPasien dan mendapatkan pendampingan yang baik.

 

Semoga dari sharing Bapak Dahlan Iskan dan Thalita Latief kita bisa mengambil hikmahnya. Dan kita jangan abai ketika mengetahui ada tanda alarm pada tubuh kita untuk segera cek ke dokter, walaupun tidak mengalami keluhan apapun.

Mencegah lebih baik bukan daripada mengobati. Dengan deteksi awal insya Allah gejala penyakit yang kita alami bisa lebih mudah pengobatannya.

 

No comments:

Post a Comment

Mohon jangan berkomentar SPAM, terimakasih.