Tuesday 17 November 2015

KARENA ALLAH SEMATA






Terinspirasi ….sekilas itulah kata yang pantas terucap atas apa yang selama ini banyak salah dilakukan oleh teman-teman, ataupun diri saya sendiri..

Ya, selama ini bila kita menjalankan ibadah puasa sunah, entah itu puasa senin kamis atau puasa sunah lainnya pastilah kadang diselingi oleh niat ingin diet atau ingin kurusan bila tubuh kita agak sedikit kelebihan berat badan, ya maklum perempuan biasanya gerah kalau lihat ada lemak berlebih sedikit ditubuhnya, walaupun sebenarnya ada niat yang pokok untuk menjalankan ibadah puasa sunah, tapi terkadang niat duniawi kita lebih dominan, entah itu disadari atau tidak, coba direnungkan deh …

Ada cerita dari sahabat saya, yang terkadang buat saya miris mendengarnya bila rekan-rekan kerja menjadikan dirinya sebagai bahan ledekan. Lebih baik diam itulah wejangan yang menjadi senjata paling ampuh yang selalu saya berikan padanya. Sebab menanggapi pun hanya akan membuat ledekan mereka semakin berkembang. Belum menikah di usia lebih dari kepala tiga, dimana teman seusianya rata-rata sudah berkeluarga dan mempunyai anak, membuat Raka demikian nama sobat saya biasa disapa sering menjadi bahan ledekan teman sekantornya.

“Bulan Haji sudah lewat, kamu belum juga merit, ka?” salah seorang rekan kerja Raka membuka obrolan, atau lebih tepatnya ledekan, beberapa menit sebelum jam makan siang.

“Boro-boro kawin, punya pacar saja belum,” celetuk rekan kerja lainnya. “Sudahlah ka, jangan terlalu pilih-pilih, Hati-hati, kelamaan membujang nanti bisa berkarat!” lanjutnya, yang disambut dengan derai tawa rekan kerja lainnya.

Dan seperti biasa Raka hanya menanggapinya dengan senyuman. Cukup sering Raka mendengar semacam ini, seolah-olah tak ada yang lebih menarik bagi mereka selain menjadikan dirinya sebagai bahan becandaan, seolah di dunia ini sudah tidak ada topik menarik lagi yang bisa dijadikan bahan obrolan.

Diam, dan atau hanya dengan tersenyum adalah jurus yang tetap akan Raka gunakan selama ledekan dan candaan yang rekan-rekan kerjanya lontarkan masih dalam batas kewajaran.

Tapi apa yang terdengar hari ini sungguh tak bisa lagi didiamkan saja. Bukan marah, tapi Raka merasa perlu meluruskan apa yang baru saja diucapkan salah seorang rekan kerjanya ketika ia menolak ajakan makan siang bersama, dikarenakan hari itu Raka sedang berpuasa.

“Sudah saya bilang, buruan merit, biar ada yang masakin. Jadi kamu tidak puasa melulu!” gak usah dipuasin mulu banyak tuh cewek kantor sebelah yang masih single, celetuk salah seorang rekan kerjanya sambil tertawa. Dan meskipun guyonannya kali ini tidak diamini rekan kerja lainnya, rekannya yang memang paling rajin meledek Raka merasa guyonannya tak kalah lucu dari biasanya.
Bukan saja tidak lucu, tapi celetukannya kali ini memancing reaksi Raka yang belum pernah terjadi sebelumnya.

“Maaf pak! Sebagai laki-laki normal, saya pun ingin menikah. Sungguh! Tapi mau bagaimana lagi, mungkin Allah belum mengijinkan. Sampai saat ini Allah belum mempertemukan saya dengan jodoh saya. Karena itu saya coba meredam hasrat alami saya dengan berpuasa.” Raka menjawab dengan hati-hati. Ia tak ingin justru rekan kerjanya yang jadi tersinggung, meskipun sebenarnya ia yang lebih pantas tersinggung.

“Biar cepat dapat jodoh?” sahut rekan kerjanya, masih belum menyadari kekeliruannya.
Raka menjawabnya dengan gelengan kepala.

“Atau, biar cepat kaya karena irit, untuk modal merit ya?” rekan kerja Raka kembali bertanya. Kali ini ia sambil tertawa.

Dengan mimik wajah serius Raka menjawab pertanyaan rekannya itu. “Bukan, bukan karena itu semua. Saya berpuasa bukan karena terpaksa sebab tidak ada yang memasak makanan untuk saya. Meski rasanya tidak enak, insya Allah saya masih bisa masak sendiri koq. Atau kalau saya lagi malas masak, di sekitar kos-an saya masih banyak warung nasi. Juga saya berpuasa bukan agar cepat dapat jodoh, apalagi cepat kaya.”

“So?”

“Saya hanya mengikuti pesan Rasulullah kepada pemuda yang ingin menikah tapi belum mampu, agar berpuasa, karena puasa itu perisai baginya. Saya sudah siap dan insya Allah mampu untuk berumah tangga, baik secara fisik, hati maupun materi. Tapi sampai saat ini Allah belum menunjukan wanita mana yang akan menjadi jodoh saya. Saya bukan pilih-pilih, tapi memilah dan memilih calon pasangan adalah satu keharusan agar rumah tangga selamat dunia hingga akhirat.”

“Maaf, tentunya kalian tentu lebih tahu dan lebih berpengalaman dalam hal ini kan daripada saya.” Dan Raka menambahkan. “Dan selain mengikuti anjuran Rasul, tujuan utama saya berpuasa adalah karena mengharap ridho Allah semata. Mengapa? Karena ketika Allah ridho dengan kita, insya Allah apapun yang kita inginkan, kita butuhkan, akan mudah Allah kabulkan. Insya Allah. 

Maaf, saya tidak bermaksud menggurui bapak, saya hanya mengingatkan, terutama untuk diri saya sendiri bahwa apapun yang saya lakukan semestinya karena Allah semata, bukan karena kepentingan dunia yang hanya sesaat. Dengan ridho Allah, dunia akhirat insya Allah selamat.“

Sepi senyap. Tak ada satupun rekan kerja yang menanggapi, termasuk yang tadi memulai obrolan ini.
“Maaf, ka. Saya tak bermaksud menyinggung perasaanmu” akhirnya rekannya menyadari kesalahannya.

“Tidak apa-apa koq, saya tidak tersinggung. Sudah waktunya istirahat.” Jawab Raka sambil tersenyum dan berlalu. Raka tidak ingin berlama-lama dalam suasana yang tidak nyaman, yang terpenting adalah rekan kerjanya bisa mengambil hikmah dan pelajaran, sehingga tidak sembarangan dalam memilih obrolan yang jatuhnya bisa menjadi gibah.

***

Saya sependapat dengan Raka, bahwa segala sesuatu yang kita lakukan semestinya adalah karena Allah semata. Semua tergantung niat ketika kita akan melakukannya.

Sama-sama menjalankan ibadah puasa belum tentu sama-sama bernilai ibadah, tergantung niatnya. Ketika berpuasa dengan terpaksa, karena tidak ada yang memasak makanan seperti yang rekan kerja Raka katakan, ingin cepat kaya, diet dalam rangka menurunkan berat badan atau berbagai macam alasan duniawi lainnya, maka tak ada pahala yang ia dapatkan selain hanya rasa lapar dan haus yang kita rasakan.

Seperti yang rekan saya katakan, ketika Allah ridho kepada kita, maka Allah akan mencukupkan yang kita inginkan, memberikan yang kita butuhkan. Jangan arahkan yang kita kerjakan untuk kepentingan duniawi saja, itu tidak bernilai ibadah. Niatkanlah karena Allah, karena dengan demikian, insya Allah dunia akhirat tercakup semuanya.

Allah Maha mengetahui apa yang hambanya inginkan, dan apa yang hambanya butuhkan. Mari benahi niat kita sebelum melakukan sesuatu. Pastikan karena kita hanya mengharap ridho Allah semata. Insya Allah.

***

7 comments:

  1. Bener mb Ria, semua karena Allah....apapun yang terjadi pada diri kita adalah kehendak Allah. yang penting usaha dan ikhtiar ...

    ReplyDelete
  2. Wah mas raka semoga lekas d pertemukan dengan bidadariny

    ReplyDelete
    Replies
    1. mba dwi sdh ktmu blm sm pangerannya hehe..

      Delete
  3. mashaa allah.. memang benar semua harus dilakuin karena allah semata, agar tidak ada kekecewaan yang diterima..
    semoga mas raka segera dipertemukan yaa.. sam a saya jg sedang mencari pujaan hati, hehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Smoga kita smua dipertemukan dgn psgn hdp yg terbaik dunia akherat ya mas,,, trimakasih sdh mampir :)

      Delete
  4. Semua karena Allah, untuk Allah, damai hidup mbak :)

    Salam,
    Asya

    ReplyDelete

Mohon jangan berkomentar SPAM, terimakasih.